Sabun vs Bebas Sabun

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa beberapa pembersih mengklaim sebagai ‘bebas sabun’? Jika tidak mengandung sabun, apa yang ada di dalamnya, dan apakah mereka sama efektifnya? Secara umum, baik sabun maupun pembersih bebas sabun melakukan hal yang sama—membersihkan kulit. Namun, karena cara sabun dibuat dan bagaimana ia berinteraksi dengan kulit, pilihan yang Anda buat dapat memiliki dampak besar pada kulit Anda.

Kecocokan dengan Kulit dan pH

Sabun tradisional, yang sering kali berbentuk batang berwarna dan beraroma, dibuat melalui proses yang disebut saponifikasi, di mana lemak nabati atau hewani diproses dengan bahan basa kuat. Proses ini menyebabkan sabun memiliki pH yang sangat tinggi, sekitar 10–111. Sementara itu, kulit manusia memiliki pH yang sedikit asam, yaitu 4–52. Penelitian menunjukkan bahwa mencuci dengan sabun dapat meningkatkan pH kulit secara sementara2. Diperlukan lebih dari 6 jam bagi kulit untuk kembali ke pH normal. Di sisi lain, pembersih bebas sabun yang pH-nya seimbang hanya memiliki dampak pada pH kulit yang setara dengan air keran biasa2.

Fungsi Penghalang Kulit

Lapisan pelindung kulit, yang berfungsi menjaga kelembapan di dalam kulit dan mencegah iritan lingkungan masuk, bekerja paling baik pada pH kurang dari 5. Pada pH yang lebih tinggi, seperti setelah mencuci dengan sabun, kulit kehilangan air lebih cepat dan terlihat lebih kering2. Karena sabun sangat efektif menghilangkan minyak, penggunaannya dapat mengganggu lipid alami pada kulit, yang pada dasarnya "melubangi" pelindung kulit, sehingga meningkatkan kehilangan air1.

Jika Anda masih memiliki batang sabun di wastafel kamar mandi atau di kamar mandi, pertimbangkan untuk menggantinya dengan pembersih bebas sabun. Keduanya sama efektifnya dalam membersihkan kotoran dan kuman, tetapi pembersih bebas sabun dengan pH seimbang akan jauh lebih lembut pada kulit sensitif atau kering Anda.